BANYUWANGI - H Sumail Abdullah berharap agar Jembatan Sumanta Desa Bulusari tidak disalahgunakan oleh warga.
Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Gerindra asli Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, itu bahkan mewanti - wanti agar terus dirawat.
"Jangan sampai gara - gara jembatan baru hubungan dengan mantan menyambung kembali," selorohnya disambut tawa warga Desa Bulusari yang menghadiri peresmian.
Jembatan Sumanta agar lebih awet maka kendaraan roda empat apalagi truk dilarang melintas. Jembatan ini dikhususkan untuk sepeda motor.
Baca Lainnya :
"Bila dalam kondisi darurat misal ibu hamil mau melahirkan ambulans bisa lewat. Namun apabila masih ada jalur lain dipersilahkan melewati jalur yang lain," tegas H Sumail Abdullah.
Bahkan politisi Partai Gerindra itu siap membantu Pemerintah Desa Bulusari jika punya tanah kas desa di dekat jembatan akan didorong menjadi destinasi wisata.
"Tadi saya bilang jika masih ada tanah kas desa akan kami bantu untuk dijadikan Desa Wisata sehingga UMKM tumbuh," jelasnya yang disambut kata oke gas oleh warga.
Jembatan Sumanta Desa Bulusari, Kecamatan Kalipuro, telah tuntas dan telah diresmikan pada Sabtu 1 Juni 2024 oleh H Sumail Abdullah selaku anggota Komisi V DPR RI.
Pembangunan Jembatan Sumanta Desa Bulusari tersebut menelan anggaran Rp4 miliar bersumber dari APBN yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR.
Realisasi pembangunan Jembatan Sumanta dengan bentang kurang lebih 80 meter itu berkat campur tangan anggota Komisi V DPR RI H Sumail Abdullah.
Kini warga dua dusun di Desa Bulusari, yakni Dusun Krajan dan Dusun Plampang telah terhubung dengan Jembatan Sumanta yang baru dibangun.
Bahkan warga Dusun Plampang yang hendak mengurus keperluan administrasi ke Kantor Desa Bulusari tidak perlu lagi memutar arah.
Kades Bulusari, Mukhlish, punya kenangan pahit semasa sungai yang membelah Dusun Plampang dan Dusun Krajan belum terhubung Jembatan Sumanta.
"Saya punya sejarah, mau menyeberang ketika pulang ke rumah habis mengajar terhalang banjir sampai muter arah," tuturnya.
Sejak Desa Bulusari berdiri dari hasil pemekaran Desa Pesucen saat reformasi sebetulnya sudah diupayakan adanya jembatan permanen tetapi selalu kandas.
"Dulu ada jembatan darurat dari bambu tapi tidak bisa bertahan lama karena hanyut diterjang banjir," kisahnya.***